Sabtu, 20 November 2010

Teknologi Baru Bagi Kacamata Tua

Teknologi Baru Bagi Kacamata Tua 

Jika kacamata adalah benda hidup, maka ia akan berwujud ikan purba Coelacanth atau komodo. Betapa tidak, sejak diciptakan pada abad ke-18, teknologi kacamata tak banyak berubah. Ia melayani mata rabun dengan lensa cekung atau cembung yang statis.

Namun, kini para ahli berhasil menciptakan "lensa hidup" yang bekerja bak lensa alami pada kornea mata. Lensa otomat itu bakal diproduksi PixelOptics, perusahaan optik asal Amerika Serikat, mulai tahun depan. "Sebenarnya kacamata memang tak banyak berubah sejak diciptakan. Lensa yang kami produksi menawarkan terobosan teknologi baru," kata Peter Zieman, Direktur Pemasaran Eropa PixelOptics.

Berita ini lumayan menggembirakan bagi mereka yang sudah memasuki usia setengah baya. Kelenturan lensa mata ketika itu sudah melemah, sehingga perlu dibantu dengan lensa bifokal. Lensa yang sering disebut lensa progresif ini mempunyai fokus ganda, cembung dan cekung, untuk rabun dekat dan jauh. Namun tak sedikit pengguna yang merasa pusing dan sakit kepala ketika memakai lensa bifokal.

Zieman berharap, lensa hidup yang diberi nama Empower ini dapat mengatasi masalah itu. "Kami telah mengembangkan lensa-lensa ini sejak 10 tahun lalu," kata Zieman kepada wartawan. Lebih tepatnya, lensa otomat itu telah dikembangkan para ahli optik dari Universitas Arizona (UA) yang disponsori perusahaan Johnson & Johnson sejak 2001. Tim ahli UA sendiri secara resmi telah mengumumkan temuan mereka pada jurnal ilmiah PNAS edisi April 2006. Belakangan, PixelOptics kemudian membeli lisensinya dan mengumumkan siap untuk produksi massal, Juli lalu.

"Kami berharap, setelah dikembangkan lebih sempurna, prototipe kacamata ini kelak dapat menggantikan kacamata konvensial," tutur Dr. Nasser Peyghambarian, salah satu tim peneliti. Wujud kacamata prototipe itu memang terlihat lebih besar dan kaku dibandingkan dengan model kacamata masa kini. Lensanya lumayan besar dan berbentuk persegi. Permukaannya tidak cembung ataupun cekung, melainkan rata, serata marmer. Gagangnya juga tebal, karena harus menyangga peralatan elektronik mungil dan baterai.

Rahasianya terletak pada lensanya yang mengandung suatu lapisan kristal cair nematik (nematic liquid crystal), yang tebalnya hanya 5 mikron --kira-kira sebesar 1/20 diameter rambut manusia. Selain itu, masih ada lapisan yang lebih tipis lagi, sekitar 1/10 mikron, yang menyelubungi bagian luar lensa yang disebut sebagai indium tin oxide (ITO).

Nasser menjelaskan, lapisan elektroda transparan ini diatur membentuk pola lingkaran pada lensa. Elektroda ini segera bekerja dengan tenaga listrik kurang dari 2 volt untuk mengubah orientasi molekul kristal cair. Kondisi itu membuat titik fokus optik lensa juga berubah. Dengan suatu sensor gerak, kacamata dapat mengetahui apakah tuannya ingin melihat jauh, misalnya mengendarai mobil, atau dekat seperti untuk membaca. "Jadi lensa ini bekerja seperti mata kita. Ia dapat cepat mengubah fokus jauh-dekat, persis seperti lensa kamera auto-focus. Namun proses ini terjadi dalam sekejap mata," kata Dr. Guoqiang Li, yang menjadi ketua tim ahli.

Tapi bagaimana jika ketika sedang menyetir tiba-tiba baterainya mati? Jangan khawatir. Menurut Li, lensa akan segera mengubah diri pada posisi jarak jauh. Tim ahli mengaku telah mengadakan serangkaian uji coba kacamata ini pada sejumlah sukarelawan. "Pada dasarnya, kacamata ini baru akan memfokus jarak pendek ketika dinyalakan," kata Li.

Walau begitu, sejumlah ahli optik menilai inovasi ini baru langkah awal. Bahkan ada juga yang meragukan jika lensa ini dapat segera menggantikan peran kacamata tradisional. Prof. Mike Boulton, ahli optik dari Cardiff University, menilai lensa yang istimewa itu cenderung berat dan besar, menuntut gagang yang juga gede. Selain itu, kristal liquid saat ini masih mahal harganya. "Jadi saya belum yakin untuk saat ini ia dapat segera menggantikan kacamata konvensional," kata Boulton.

Walau begitu, sebagian besar ahli tetap menganggap inovasi ini sebagai suatu terobosan yang patut diperhitungkan. "Penampilan teknologi ini memang masih kaku, tetapi kami terus berusaha untuk membuatnya lebih nyaman dipakai," kata Zieman. Banyak yang berharap ini bakal menjadi masa depan kacamata.

Nur Hidayat [Ilmu & Teknologi, Gatra Nomor 41 Beredar Kamis, 19 Agustus 2010]
Sumber : http://www.gatra.com/artikel.php?id=140992


Comments :

0 komentar to “Teknologi Baru Bagi Kacamata Tua”

Posting Komentar

Menu Utama

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by SekilasWarta SainTechno

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger